Jumat, 05 Agustus 2016

cerpen

cerpen (cerita pendek)

Tak Terucapkan

Cerpen Karangan: 
Malam yang tiada berbintang, hujan rinai yang menyiram dingin hatiku saat kurindu lesung pipi yang selalu menarik perhatianku…
Hari itu adalah hari pertama aku MOS smp, sekaligus pertama kali aku berani menyukai seorang pria. Bukan karena tampan sih, tapi kepandaiannya baca AL-QUR’AN yang membuatku luluh dan menjatuhkan pilihan untuk menyukainya. Dia itu hitam tapi manis layaknya secangkir kopi, dia juga punya lesung pipi sebelah kiri.
Setelah MOS berlalu tak kusangka pikirku ternyata jodoh gak kemana, selama 3 tahun aku sekelas dengannya, namun selama itu juga aku bertahan dalam diamku, semakin aku dewasa dan semakin aku bisa merasakan ternyata memendam adalah hal yang salah yang telah kulakukan. Setiap hari aku hanya bisa tersenyum melihat setiap tawanya, hanya bisa memandang saat melihat kesibukkannya.
Hingga pada akhirnya aku harus mendengar kabar bahwa dia menjalin hubungan dengan teman sekelasku juga. Aku berusaha untuk tidak memperlihatkan kekecewaanku pada semua orang.
Setiap malam aku tak bisa menahan air mata penyesalanku “kenapa…. kenapa… kenapa YA TUHAN? kenapa aku harus di pertemukan dengan orang yang sudah lancang membuat air mataku menetes. kenapa aku harus menjatuhkan perasaanku pada orang yang sama sekali tidak mengerti perasaanku… kenapa?” Setelah sekian kalinya aku harus meneteskan airmata hingga pada akhirnya aku jenuh, lelah, dan tak sanggup dengan perasaanku ini. Aku ingin membenci, tapi sulit untukku lakukan. Aku ingin melupakan tapi tak sanggup buatku menyerah.
Dan sampai aku LULUS SMP. Maka saat itu tidak ada waktu lagi untuk bertemu dengannya, karena aku harus menemukan cara untuk tidak melihatnya dan menggoreskan kepedihan hati ini lagi, satu-satunya cara adalah mencari SMA di mana tidak ada DIA.
Waktu pun kian berlalu… aku sibuk dengan sekolahku, belajar bersama teman baruku hingga aku lupa akan kisah masa SMP yang sulit itu…
Aku berfikir penyesalanku itu tidak akan terulang lagi dan aku gak mau orang lain juga merasakan hal yang sama seperti perasaanku. Namun setalah duduk di kelas XI, tak kusangka seseorang menyatakan cinta padaku. Entahlah.. apakah dia tulus atau gak, yang pasti seperti yang kukatakan, kepahitan yang kurasakan takkan kubiarkan pada orang lain akhirnya aku menerima cintanya. Meskipun aku belum bisa menghapus cinta rahasiaku.
Hari demi hari kulalui bersama pria yang bersedia menjadi kekasihku itu. Dia adalah orang yang tak pernah berhenti menyayangiku, memperhatikanku, melakukan yang terbaik untukku dan selalu menjagaku. Tapi aku benci kenapa aku tak bisa untuk balik tulus mencintainya. Terkadang aku benci karena hati dan pikiranku tak sejalan. Hatiku berkata bahwa “aku tak bisa mencintainya” sedangkan pikiranku berkata “dia adalah cara untuk melampiaskan perasaanmu” Oh tuhan… kenapa harus terjadi pada diriku yang lemah ini. Di satu sisi aku harus menjadi orang yang selalu ingin di sayang, tapi di sisi lain aku harus menjadi orang jahat yang mengorbankan perasaan seseorang yang tulus padaku.
Setelah berpikir panjang aku ingin memperbaiki kesalahanku yang mencintai seseorang dalam diam. Dan kini sesulit apapun aku melupakan cinta terpendamku itu hanyalah masa lalu yang tak penting bagiku. Yang harus kupikirkan sekarang adalah mendapatkan kenyamanan dan kebahagiaan dari orang yang tulus menyayangiku. Hingga takkan ada air mata lagi yang menetes sia-sia di pipiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar